Muslimahzone.com – ”Dan mintalah pertolongan (kepada) Allah dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’ , (yaitu) orang-orang yang menyakini, bahwa mereka akan menemui Robb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepad-Nya” (Qs. al-Baqarah : 45 -46)
Ayat di atas mengandung beberapa pelajaran :
Pelajaran Pertama :
Bahwa Allah memerintahkan seluruh hamba-Nya untuk selalu bersabar dan
menegakkan sholat di dalam menghadapi segala problematika hidup.
Adapun sabar secara bahasa adalah menahan, dikatakan :
”qutila fulanun shobron“ artinya
: si fulan terbunuh dalam keadan ditahan. Oleh karenanya, seseorang
yang menahan diri terhadap sesuatu dikatakan orang yang sabar.
Pelajaran Kedua :
Sabar dibagi menjadi beberapa macam :
Pertama : Sabar di dalam ketaatan, yaitu menata diri
untuk selalu mengerjakan perintah-perintah Allah dan Rosul-Nya. Sabar
di dalam ketaatan ini adalah tingkatan sabar yang paling tinggi, kenapa?
karena untuk melakukan suatu ketaatan, diperlukan kemauan yang sangat
kuat, dan untuk menuju pintu Syurga seseorang harus mampu melewati
jalan-jalan yang dipenuhi dengan duri, ranjau dan segala sesuatu yang
biasanya dia benci dan tidak dia sukai, sebagaimana sabda Rosulullah
Shalallahu a’laihi wasallam
وَحَفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
”Dan jalan menuju syurga itu dipenuhi dengan sesuatu yang tidak kita senangi” (HR. Muslim)
Sabar dalam ketaatan ini harus melalui tiga fase :
Fase Pertama : Sabar sebelum beramal. Ini meliputi perbaikan niat,
yaitu mengikhlaskan amal hanya karena Allah subhanahu wata’ala, dan
bertekad untuk mengerjakan ibadat tersebut sesuai dengan aturannya.
Dalam hal ini Allah berfirman :
إِلاَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أُوْلَـئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
”Kecuali orang-orang yang bersabar dan beramal sholeh.” (Qs. Hud :11)
Fase Kedua : Sabar ketika beramal, yaitu dengan selalu mengingat
Allah subhanahu wata’ala selama beramal, dan tidak malas untuk
mengerjakan seluruh rukun, kewajiban dan sunah dari amal tersebut. Kalau
sedang mengerjakan puasa umpamanya, maka dia harus tetap mengingat
bahwa dirinya sedang puasa dan Allah selalu melihat seluruh amalannya,
maka dia berusaha untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah
selama berpuasa dan berusaha untuk mengerjakan amalan sunah dan wajib,
seperti membantu fakir miskin, memberikan ifthor kepada yang berpuasa,
sholat berjama’ah dan sebagainya.
Fase ketiga : Sabar setelah beramal, yaitu dengan menahan diri untuk
tidak mepublikasikan amalnya kepada orang lain, dan menjauhi diri dari
riya’ dan hal-hal yang bisa menghapus amal perbuatannya. Dalam
bersedekah umpamanya, maka setelah bersedekah, dia harus menahan diri
untuk tidak menyebut-nyebut sedekahnya dan harus menahan diri tidak
menyakiti perasaan penerima sedekah. Allah subahanahu wata’ala berfirman
:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى
”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasan
penerima” (Qs. Al Baqarah : 264)
Kedua : Sabar terhadap maksiat, yaitu selalu menahan
diri untuk selalu menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah dan
Rosul-Nya. Bentuk sabar ini jauh lebih ringan jika dibandingkan dengan
bentuk sabar yang pertama, karena meninggalkan sesuatu yang dilarang
jauh lebih ringan daripada mengerjakan sesuatu yang diperintah. Walaupun
sebenarnya dalam masalah ini, kadang sifatnya sangat relatif, artinya
bagi seseorang mungkin lebih ringan meninggalkan sesuatu yang dilarang
daripada mengerjakan sesuatu yang diperintah, sementara bagi orang lain
justru yang terjadi adalah sebaliknya, dia merasa lebih ringan
mengerjakan sesuatu yang diperintahkan kepadanya daripada meninggalkan
sesuatu yang dilarang. Inipun tergantung kepada bentuk larangan dan
perintah. Umpamanya kebanyakan orang bisa bersabar untuk tidak berzina,
akan tetapi tidak bisa bersabar untuk selalu mengerjakan sholat
berjama’ah di masjid. Sebaliknya kebanyakan orang sangat sulit dan tidak
bisa bersabar untuk meninggalkan ”ghibah” (membicarakan kejelekan orang
lain), akan tetapi sangat bisa dan sabar kalau diperintahkan untuk
berbuat baik kepada orang lain. Contoh-contoh seperti ini sangat banyak
dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga : Sabar terhadap musibah, yaitu menahan diri
dan tidak mengeluh ketika terkena musibah. Ini adalah bentuk sabar yang
paling ringan, karena sesuatu itu sudah terjadi di depannya, dan dia
tidak bisa menghindarinya, artinya dia bersabar atau tidak bersabar
sesuatu itu sudah terjadi. Akan tetapi walaupun begitu, masih banyak
dari kaum muslimin yang tidak bisa sabar ketika tertimpa musibah. Sabar
dalam bentuk ini tersebut dalam firman Allah subhanahu wata’ala :
وَلَنَبلُوَنّكُم بِشَىءٍ مِنَ الخَوفِ وَالجُوعِ وَنَقصٍ مِنَ الأموَالِ وَالأَنفُسِ وَالثّمَراتِ وَبَشِرِ الصّابِرينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Qs. Al Baqarah : 155)
Dalam hadist Ummu Salamah disebutkan bahwasanya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِذَا أَصَابَ أَحَدُكُمْ مُصِيْبَةً فَلْيَقُلْ: إِنَّا
لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اللَّهُمَّ عِنْدَكَ أَحْتَسِبُ
مُصِيْبَتِيْ فَأَجِرْنِيْ فِيْهَا، وَأبْدِلْ لِي بِهَا خَيْراً مِنْهَا .
”Jika diantara kalian tertimpa musibah, hendaknya berkata :
”Sesunggunya kami milik Allah dan sesunguhnya kami akan kembali
pada-Nya, Ya Allah saya hanya mencari pahala dari musibah ini di
sisi-Mu, maka berikanlah kepada-ku pahala itu, dan gantikanlah aku
dengan sesuatu yang lebih baik dari musibah ini” (HR. Abu Daud)
Hadist di atas benar-benar dipraktekkan oleh para sahabat, bahkan
oleh Ummu Salamah sendiri, tepatnya ketika suaminya Abu Salamah pada
detik-detik terakhir dari hidupnya dia berdo’a : ”Ya Allah gantilah
untuk keluargaku seseorang yang lebih baik dariku” Dan ketika Abu
Salamah telah meninggal dunia, Ummu Salamah berdoa’ : Sesunggunya kami
milik Allah dan sesunguhnya kami akan kembali pada-Nya, Ya Allah saya
hanya mencari pahala dari musibah ini di sisi-Mu.
Kemudian apa yang terjadi setelah Ummu Salamah tetap sabar, tabah dan
berdo’a sebagaimana yang diajarkan oleh Rosulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam? Ternyata Allah mengabulkan do’a tersebut dan Ummu Salamah
mendapat ganti suami yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rosulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pelajaran ketiga :
Sabar mempunyai tiga tingkatan :
Tingkatan Pertama : As Shobru billah, artinya :
selalu meminta pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala, dan menyakini
bahwa Dialah yang memberikan kepadanya kesabaran, sehingga ketika
bersabar tidaklah merasa sendirian, karena Allah selalu bersamanya.
Dalam hal ini Allah berfirman :
وَاصبِر وَمَا صَبرُكَ إلا بِاللّهِ
”Dan bersabarlah , dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah” (Qs. An-Nahl : 127)
Tingkatan Kedua : As Shobru lillah, artinya bahwa
yang membuatnya dia bersabar adalah kecintaannya kepada Allah subhanahu
wata’ala, ikhlas mengharap ridho-Nya saja. Dia bersabar bukan karena
ingin dipuji atau dilihat orang lain, tetapi dia bersabar karena Allah
memerintahnya demikian.
Tingkatan Ketiga : As Shobru ma’allah, artinya :
Komitmen seorang hamba untuk selalu mengikuti apa yang dikehendaki oleh
Allah subhanahu wata’ala, dia selalu berjalan sesuai dengan
perintah-Nya. Inilah tingkatan sabar yang paling tinggi dan paling
sulit. Dan inilah sabarnya orang-orang Siddiqin.
Pelajaran Keempat :
Dalam ayat di atas Allah subhanahu wata’ala, selain memerintahkan
seseorang untuk bersabar di dalam menghadapi semua problematikan hidup
ini, Allah subhanahu wata’ala juga memerintahkan seorang muslim untuk
menegakkan sholat .
Kenapa dipilih ibadat sholat, bukan ibadat-ibadat lainnya seperti puasa, haji, zakat ataupun yang lainnya ?
Jawabannya adalah bahwa sholat mempunyai pengaruh yang luar biasa
pada diri seseorang sehingga dia bisa tabah, tegar dan teguh di dalam
menghadapi segala problematika hidup. Ini sesuai dengan hadist yang
menyebutkan :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا حَزَبَهُ أَمَرٌ صَلَّى
”Bahwasanya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sedang menghadapi masalah, langsung menegakkan sholat “ (HR. Abu Daud)
Begitu juga yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radiyallahu
‘anhu, ketika dalam suatu perjalan safar diberitahu bahwa salah satu
keluarga dekatnya meninggal dunia, beliau langsung mengucapkan :
Innaa lillahi wa innaa ilahi roji’un,
kemudian berhenti di tepi jalan dan melakukan sholat, setelah itu beiau
meneruskan perjalanannya seraya membaca surat Al Baqarah, ayat 45 di
atas.
Pelajaran Kelima :
Sholat dalam ayat di atas, bisa berarti do’a. Dengan demikian maka arti ayat di atas adalah :
“Dan mintalah pertolongan ( kepada ) Allah dengan bersabar dan berdo’a. ” Penafsiran ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُواْ وَاذْكُرُواْ اللّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلَحُونَ
”Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan
(musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (Qs. Al Anfal : 45)
Ayat di atas kalau kita perhatikan secara seksama kata demi katanya
ternyata mirip dengan ayat 45 dalam surat Al Baqarah, bahkan sampai
nomer ayatnyapun sama yaitu 45. Artinya : Allah memerintahkan
orang-orang yang beriman ketika menghadapi suatu masalah – dalam hal ini
ketika berhadapan dengan musuh -, agar tetap teguh dan selalu mengingat
Allah swt saw banyak-banyaknya. Teguh dalam surat Al Anfal ayat 45
sebanding dengan sabar dalam surat Al Baqarah ayat 45. Sedangkan
mengingat Allah dalam surat Al Anfal ayat 45 sebanding dengan sholat
dalam surat Al Baqarah ayat 45.
Selain itu, ada ayat serupa terdapat dalam surat Al Hijr, 97-99 yang
memerintahkan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin
untuk bertasbih (mensucikan Allah) dan bersujud kepada-Nya ketika
menghadapi problematika hidup. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ
، فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ ، وَاعْبُدْ
رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit
disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud
(shalat),dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini
(ajal)” (Qs. Al Hijr : 97-99)
Kalau kita bandingkan tiga ayat di atas kira-kira seperti di bawah ini :
QS. Al Baqarah : 45 = meminta bantuan ( dg SABAR + SHOLAT )
QS. Al Anfal:45 = menghadapi musuh ( dg TEGUH + MENGINGAT ALLAH)
QS Al Hijr : 97-99 = Ketika didustakan ( BERTASBIH + SHOLAT )
Subhanallah ..telah terjadi keserasian dan kesesuaian antara ayat
satu dengan yang lain, dan ini merupakan salah satu bukti bahwa Al
Qur’an datang dari Allah subhanahu wata’ala. Dalam hal ini Allah
subhanahu wata’ala berfirman :
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya
Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Qs. An Nisa’ : 82)
Pelajaran Keenam :
Selain ayat-ayat di atas, disana ada beberapa hadist yang menunjukkan
bahwa dzikir dan mengingat Allah adalah senjata utama setiap muslim di
dalam menghadapi suatu problematika, diantara hadist-hadist tersebut
adalah :
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا كَرَبَهُ أَمْرٌ قَالَ : يَا حَىُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
”Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menghadapi suatu
masalah, beliau berdoa : ” Wahai Yang Maha Hidup Kekal, Yang terus
menerus mengurus ( mahluk-Nya ), hanya dengan rahmat-Mu saja, saya
meminta pertolongan ” (HR. Tirmidzi)
كَانَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ اِذَا حَزَبَهُ اَمْرٌ
قَالَ: لَا ِالَهَ اِلَّا اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمِ, سُبْحَانَ اللهِ
رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ , اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
”Rosulullah shallahu ‘alaihi wasallam ketika menghadapi suatu
masalah, beliau berdoa:”Tiada Ilah kecuali Allah subhanahu wata’ala Yang
Maha Penyantun lagi Maha Mulia, Maha Suci Allah Robb dari Arsy yang
agung, dan segala puji bagi Allah Robb sekalian alam ” (HR. Ahmad)
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُوْ عِنْدَ
الْكُرَبِ: ” لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ الْحَلِيْمِ, لَا اِلَهَ
اِلَّا اللهُ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ ,لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ رَبُّ
السَّمَوَاتِ السَّبْعِ, وَرَبِّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ”.
”Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika menghadapi suatu
masalah, beliau berdoa : ”Tiada Ilah kecuali Allah subhanahu wata’ala
Yang Maha Agung dan Maha Penyantun, Tiada Ilah kecuali Allah,Yang
mempunyai Arsy yang agung , Tiada Ilah kecuali Allah Yang Mempunyai
langit tujuh, dan Yang mempunyai Arsy yang mulia” (HR. Bukhari Muslim)
وَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ : ”أَلَا
اُخْبِرُكُمْ بِشَىْءٍ اِذَا نَزَلَ بِأَحَدِكُمْ كُرَبٌ أَوْ بَلَاءٌ
مِنْ اَمْرِ الدُّنْيَا دَعَا بِهَا فَيَفْرِجُ عَنْهُ دُعَاءَ ذِى
النُّوْنِ: لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّى كُنْتُ مِنَ
الظَّالِمِيْنَ.
Rosululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
”Maukah aku
beritahukan kepadamu sesuatu jika kamu ditimpa suatu masalah atau ujian
dalam urusan dunia ini, kemudian berdoa dengannya, niscaya akan ada
jalan keluarnya ? yaitu do’anya nabi Yunus : ”Bahwa tidak ada Ilah
selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang zalim” (HR. Hakim)
Pelajaran Ketujuh :
Salah satu bukti bahwa sabar dan sholat akan membawa kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat serta akan meringankan beban hidup ini
adalah kisah nyata yang dialami oleh salah pemuda yang tinggal di
wilayah Arab. Pada awalnya dia hidup dalam keadaan lebih dari cukup.
Ayahnya adalah seorang guru ngaji di sebuah masjid. Walaupun begitu
keshalehan ayahnya tidaklah menjadikannya seorang pemuda yang sholeh
juga. Dia setiap hari bergelimangan dengan uang, sehingga terjerat
dengan kehidupan yang gelap. Pada suatu hari terjadilah kecelakaan yang
menimpa dirinya yang membuat kakinya lumpuh. Para dokter mengatakan
bahwa tidak ada sebab berarti yang menyebabkan kakinya lumpuh,
diperkirakan hanya gangguan syaraf karena benturan. Suatu hari, ketika
ia sedang turun dari mobil dengan kursi rodanya dengan maksud singgah di
rumah temannya, tiba-tiba ia mendengar suara adzan yang sanggup
menggetarkan hatinya yang selama ini keras. Suara adzan tersebut
ternyata mampu meluluhkan hatinya, dan membuatnya rindu kepada masjid.
Sejak itu dia mulai rajin ke masjid untuk melakukan sholat jama’ah,
walaupun kakinya lumpuh, padahal di saat dia sehat dan kuat, kakinya
tidak pernah sekalipun menginjak masjid. Maha suci Allah Yang menjadikan
musibah sebagai jalan menuju hidayah dan kebaikan. Selang beberapa
minggu dia dalam keadaan seperti ini, tiba-tiba dia bermimpi melihat
ayahnya bangkit dari kuburan seraya memegang bahunya sambil berkata :
”Wahai anakku janganlah engkau bersedih, karena Allah telah mengampuniku
karenamu ”. Dan mimpi seperti itu berulang-ulang datang kepadanya
setiap dia tidur. Setelah beberapa tahun lamanya dia konsisten melakukan
sholat jama’ah di masjid dan biasanya ia duduk di atas kursi tepatnya
di shof pertama yang paling ujung. Pada suatu hari, ketika ia sholat
shubuh dan kebetulan sang imam membaca qunut panjang sekali, do’a
tersebut mampu menggetarkan hatinya dan membuatnya nangis, secara tidak
sengaja, tiba-tiba hatinya bergetar-getar sangat hebat seakan-akan ingin
keluar dari dadanya .ia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, tetapi secara
mendadak dia menjadi tenang kembali dan meneruskan sholatnya bersama
imam hingga selesai. Setelah itu ia bangkit dari kursi secara tidak
sengaja dan bisa berdiri kembali dan penyakitnya sembuh total.
Subhanallah……. beginilah Allah menunjukkan kepada para hamba-Nya tentang
kekuatan sholat yang ternyata membuat seseorang bahagia di dunia dan
akherat.
Pelajaran Kedelapan :
Dari keterangan di atas, bisa disimpulkan juga bahwa sholat merupakan
sarana untuk mencapai sebuah kesabaran. Ketika Allah memerintahkan
seseorang bersabar mungkin kita akan bertanya-tanya : ”bagaimana caranya
supaya bisa bersabar ?”, maka Allah dalam ayat itu juga memberitahukan
bahwa cara yang paling efektif untuk memupuk kesabaran adalah dengan
selalu menegakkan sholat, dan mendekatkan diri kepada Allah. Mungkin
kita juga akan bertanya : ”Bersabar dan menegakkan sholat sesuai dengan
aturannya adalah sesutau yang sangat berat, bagaimana caranya supaya
jiwa ini tidak berat untuk selalu bersabar dan melakukan sholat tersebut
?” Maka Allah subhanahu wata’ala pada ayat berikutnya menjelaskan
caranya, yaitu dengan selalu mengingat kematian, selalu mengingat bahwa
manusia ini cepat atau lambat akan bertemu dengan Allah subhanahu
wata’ala di akherat nanti untuk dimintai pertanggung jawaban terhadap
apa yang selama ini dikerjakan di dunia. Untuk mempermudah pemahaman,
hal itu bisa digambarkan sebagai berikut :
- Dunia ini banyak problematika, maka harus dihadapi dengan SABAR.
- Untuk menumbuhkan dan memupuk kesabaran adalah dengan SHOLAT.
- Agar terasa ringan di dalam mengerjakan sholat dan bisa melakukannya dengan khusu’ adalah dengan selalu mengingat AKHIRAT.
Inilah rahasia kenapa Rosulullah shallalllahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan kita untuk selalu memperbanyak mengingat kematian, dalam
salah satu hadistnya :
أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَاتِ
”Perbanyaklah untuk selalu mengingat ”penghancur kelezatan” (yaitu kematian)” (Hadist Hasan Riwayat Tirmidzi)
Dalam hal ini Umar bin Abdul Aziz pernah berkata :
أَكْثِرْ مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ، فَإِنْ كُنْتَ وَاسِعَ
الْعَيْشِ ضَيَّقَهُ عَلَيْكَ، وَإِنْ كُنْتَ ضَيَّقَ الْعَيْش وَسِعَهُ
عَلَيْكَ
” Perbanyaklah untuk selalu mengingat kematian, maka jika kamu
bercukupan dalam hidup, niscaya dia akan mempersempitmu, dan jika kamu
dalam kesempitan hidup, niscaya dia akan memperluaskannya untukmu . ”
Oleh: Dr. Ahmad Zain An Najah
Kairo, 5 Januari 2008
(muslimahzone.com)