Rabu, 25 Desember 2013

Kepada Dia Yang Selalu Aku Pikirkan (2)

Diposting oleh Unknown di 23.35 0 komentar
Hari itu hari minggu. Aku sudah janji dengan Dofi akan memperlihatkan sketch untuk tugas akhirku kepadanya. Tapi kali ini Dofi tidak datang. Tidak seperti biasanya Ia lebih dulu datang dan membawakan minuman kesukaanku. Perasaanku tiba tiba menjadi tidak enak. Apa Dofi baik baik saja? Apa Dofi tidak ingin menemaniku melukis lagi? Apa Dofi sakit? Dofi kenapa?

Beribu pertanyaan keluar dari fikiranku.
Aku harap Dofi baik baik saja.
Aku memacu laju sepedaku menuju rumah Dofi. Hal pertama yang aku fikirkan adalah memastikan Dofi baik baik saja. Ya. Memastikan ia tetap bisa berdiri di kakinya sendiri.

Ku pencet bel yang ada di gerbang depan rumahnya memastikan ia baik baik saja.
Tak ada jawaban.

Pencetan ke 5, seorang perempuan paruh baya mendongakkan kepalanya keluar dan membukakan pintu untukku.

"Maaf kamu cari siapa?" Ucapnya.

"Dofi ada tante?"

"Dofi? Dofi siapa? Disini tidak ada yang namanya Dofi.. Dirumah ini cuma ada saya dan putra saya Fikri."

"Fikri? Apa Fikri yang ini yang tante maksud?" Ujarku seraya menunjukkan fotoku dengan Dofi.

"Iya. Itu Fikri bukan Dofi. Kamu siapa ya?"

"Maaf tadi saya lancang tante, saya Rima. Saya biasa melukis di taman komplek bersama Dofi, eh maksud saya Fikri. Dia biasanya menemani saya melukis setelah ashar tante. Tapi hari ini Dofi, eh Fikri tidak datang. Saya takut terjadi sesuatu dengannya. Makanya saya kesini tan.."

"Fikri sakit dari kemarin. Dia tidak diperbolehkan keluar oleh Dokter dan tidak boleh menemui siapapun sampai kondisinya membaik . Ada pesan yang ingin saya sampaikan ke Fikri?"

"Separah itu tante? Ya sudah, saya titip drawing book ini ya tan. Semoga Fikri cepat sembuh." ujarku seraya pamit dari rumah Fikri dengan perasaan tak enak.

Sebenarnya Dofi kenapa sih?
Kenapa dia menyembunyikan identitasnya padahal dia sudah mengenalku?
Mengapa dia mencoba menyembunyikan sesuatu dariku?
Apa Dofi tidak ingin aku tahu kehidupan pribadinya seperti apa?

Ah sudahlah. Mungkin karena aku orang baru yang baru Ia kenal.


2 hari berlalu..

Sudah 2 hari aku tidak ke taman untuk melukis. Deadline tugasku memaksaku untuk terus berada di kampus menyelesaikan semua tugas itu. Hari ini juga, aku terpaksa pulang jam 8 untuk menyelesaikan semuanya. Seandainya ada seseorang yang dapat membantuku.

Aku kembali kerumah hari itu tepat jam 8 malam. Menggunakan sepeda motor bebek melewati taman komplek. Di bangku taman, aku melihat seseorang sedang duduk. Seseorang yang menggunakan kupluk dan memakai kemeja seperti yang biasa Dofi kenakan.
Tunggu... Warna kemeja itu sama dengan warna kemeja Dofi..
Apa mungkin itu Dofi?

Kuparkirkan motorku di depan taman. Membuka helmku dan mulai berjalan ke arah bangku taman.
Sosok yang kulihat tadi menghilang. Dia tidak ada di bangku itu.
Tetapi tiba tiba, ada seseorang yang menutup mataku..

"Heh! Kamu siapa? Jangan macem macem ya saya bisa lapor satpam!" Aku berteriak setengah ketakutan. Seketika itu juga ia membuka mataku.

"Hey, be easy girl. Ini aku, Dofi. 2 hari nggak ketemu kok jadi galak gitu sih? Haha" Dia tersenyum seraya mempermainkan rambutku.

"Nggak lucu Dofi! 2 hari menghilang dan keisenganmu bukannya berkurang malah bertambah. Apa sakit membuatmu begitu banyak berubah?"

"Aku harap sih sakit membuatku melupakan semua yang telah terjadi. hihi.. Engga deh, becanda.. Aku menunggumu 2 hari ini untuk mengembalikan drawing book mu. Aku sudah melihat semuanya. Dan benar benar luar biasa. Aku ga bakal narik kata - kata ku yang telah kuucapkan dari awal. Kamu benar benar anaknya Picasso. Haha.." Ia kembali tersenyum.

"Dasar! Kamu masih punya 1 hutang  padaku loh ya Mr. Misterius."

"Hutang? Memangnya aku pernah menjanjikan apa padamu? Membawamu ke Paris untuk memamerkan semua lukisanmu? Kalau ada pintu ajaib Doraemon semua yang tak mungkin bisa jadi mungkin, tapi aku tak memilikinya."

"Bukan itu... Memangnya kamu pernah menjanjikan hal seperti itu padaku? Yee... Jangan bercanda..." Ujarku seraya mencubit lengannya...

"Duh, sakit nona. Aku bukan Hulk yang kalau kau cubit tidak merasakan apa apa. Jadi, aku masih punya hutang apa?"

"Jadi selama ini kamu tidak merasa ingin mengatakan sesuatu atau menyampaikan sesuatu?"

"Ada, tapi nanti kamu marah.."

"Apa?"

"Tapi.. Kita kan baru kenal.. Dan aku takut kamu marah dan menjauhiku jika aku mengatakannya."

"Apa? Aku lebih memilih kamu mengatakannya jika ada hal yang membuatmu resah. Aku akan mendengarkannya dan mencoba tak marah. Katakanlah."

"Aku nyaman bersama kamu nona. Dan hal yang paling luar biasa bagiku adalah aku bisa terus bersama kamu dan melihat keceriaanmu setiap hari."

"Itu saja? Tidak ada yang lain?

"Iya itu saja. Loh? Kamu tidak marah?

"Aku lebih menginginkan penjelasan lain selain itu. Apa tidak ada lagi yang ingin kamu coba jelaskan padaku?" Ujarku sedikit kecewa.

"Tidak, itu sudah cukup membuatku lega."

"Oke, aku boleh bertanya tidak?"

"Boleh, tentu saja boleh. Selama aku masih bisa menjawabnya, akan ku coba. Maaf jika aku tidak tahu sesuatu. Kau bisa bertanya pada google nanti. " jawabnya seraya tertawa.

"Kamu tahu kan Dofi, aku pernah mengatakan padamu aku menyukai Komik Conan. Dan kamu tahu kan Conan itu detektif. Berarti kamu tahu kan, aku pasti tahu semuanya seperti para detektif. Jadi, yang ingin aku tanyakan cuma, Fikri itu siapa?"

Dofi diam. Senyumnya menghilang. 5 menit berlalu.

"Kamu tidak mau menjawab pertanyaanku? Oke aku sudah mendapatkan jawabannya." Jawabku seraya berjalan menjauh.

"Tunggu..." Dia menggenggam tanganku mencoba menghentikan kepergianku.

"Dofi itu nickname. Doni Fikri. Itu beneran namaku kok. Aku nggak pernah bohong selama aku kenal kamu. Pertama kalinya aku berkenalan denganmu aku tidak bisa langsung menyebutkan nama asliku pada seseorang yang baru aku kenal. Mamaku bilang begitu. Aku bisa diculik." Jawabnya setengah serius seraya tertawa.

"Hey ini jawaban serius atau bercanda? Aku benar benar benci dibohongi."

"Aku serius. Aku akan memperlihatkan padamu koleksiku suatu saat nanti. Ayo senyum nona. Bunga - bunga ditaman ini akan turut sedih melihat mukamu murung begitu." Tambahnya lagi.

"Aku tidak akan tersenyum sebelum kamu berjanji tidak akan berbohong lagi.."

"Iya aku janji.. Taman komple ini saksinya.. Aku tidak akan pernah berbohong lagi.." ia mengarahkan telunjuknya meminta damai..

"Baiklah.. kali ini aku maafkan.. Lain kali jika kau berbohong lagi, aku tidak akan pernah mau menyapamu lagi. " Ujarku seraya mengarahkan telunjuk padanya.

"Kamu jelek pake kupluk.. Lebih cocok digerai rambutnya.." tambahku lagi.

"Kalau digerai, nanti aku takut kamu ngerasa punya saingan non. Hahaha" jawabnya seraya tertawa terbahak bahak.

Dasar fikri.

Malam itu aku bahagia.. Bahagia karena akhirnya bisa bertemu Dofi dan bahagia karena ia mengakui namanya Fikri.. Semoga tidak ada lagi kebohongan kebohongan berikutnya....



to be continued...

Aku Harap Gadis Itu Aku

Diposting oleh Unknown di 17.47 0 komentar
Halo Tuan...
Sama seperti lagu yang baru saja aku dengar, Taylor Swift "Everything Has Changed" , ketika kau pergi aku merasa semua menghilang seketika.

Semangatku...

Kegigihanku...

Senyumanku...

Seiring dengan kepergianmu semua sirna..
Aku benci harus terus berusaha melupakanmu ketika kau selalu ada diwaktu yang selalu kuingat...
Ketika aku selalu terbangun diwaktu yang sama...
Ya...
11:11

Aku benci saat kau selalu memulai chat hanya untuk itu...
Sampai ketika ku tahu waktu itu sesuatu yang sangat berarti bagimu...


Terkadang, Aku selalu menganggap Tuhan tidak adil...
Kenapa hanya aku yang merasakan sakit ini?
Mengambilmu seketika, ketika aku masih membutuhkanmu...
Ketika hanya kau tempat ku bercerita...
Meluangkan semua kisah yang aku punya...

Untuk sekali saja...
Aku berharap dapat menjadi gadis yang selalu menginspirasimu...
Menjadi gadis yang selalu kau jadikan lirik lirik di lagu gembiramu...
Menjadi gadis yang akan selalu menemanimu tersenyum saat kau sukses kelak...
Menjadi gadis yang akan kau sematkan cincin di antara jari manisnya...
Menjadi gadis yang suatu saat akan berubah menjadi Ibu bagi anak anakmu kelak...
Dan aku masih berharap gadis itu AKU.


Maaf jika terkesan egois..
Tapi aku benar benar mencintaimu...
Yang aku inginkan hanyalah menjadi milikmu seutuhnya & menua bersamamu.


Semarang, 25 Desember 2013, 17:43 WIB.
Ketika aku terus memikirkanmu.

Minggu, 22 Desember 2013

Kepada Dia Yang Selalu Aku Pikirkan (1)

Diposting oleh Unknown di 23.47 0 komentar
"Hey, sorry kamu liat drawing book yang ada disini nggak?"

Itulah kata - kata yang pertama kali aku ucapkan kepada pria dengan rambut sebahu dan jenggot tipisnya itu. Itu juga yang menjadi awal dari semua perbincangan yang kami lakukan.

"Oh maaf. Jadi ini bukumu? Kau yang menggambar semua yang ada dibuku ini?" ujarnya seraya memberikan drawing book ku.

"Iya, udah di cari daritadi tapi ga ketemu ketemu. Aku fikir buku ku hilang. Ini adalah harta paling berhargaku. Thanks ya". ujarku

"Semua lukisan di buku itu indah. Seperti benar benar nyata dan mungkin bisa saja kau menjadi pengganti Picasso nantinya." Senyumnya.

"Aku harap aku bisa menjadi pengganti Picasso nantinya, tapi kata katamu terlalu berlebihan. May I sheet beside you? " Ucapku seraya memohon ijin padanya.

"Sure. Apa kau mau melukis lagi? By The Way namaku Dofi." ujarnya seraya memberikan tangannya untuk bersalaman denganku.

"Aku Rima. Nice to meet you Dofi. Tapi, Aku tidak pernah melihatmu ditaman ini sebelumnya, apakah kau penghuni rumah baru yang ada di seberang jalan?"

Begitulah percakapan kami berlanjut. Yang aku tahu namanya Dofi, 21 Tahun. Mahasiswa sastra inggris yang benar benar menyukai sastra. Seseorang yang telaten dan piawai dalam merangkai kata kata. Aku benar benar senang bisa mengobrol dengannya. Berjam jam kami mengobrol tak satupun kata katanya yang aku lupa. Dia benar benar seperti malaikat yang sedang bernyanyi didepanku. Dofi tinggal dengan ibunya. Ia yatim sejak umur 9 tahun. Ayahnya meninggal karena leukemia.

“Rima, apa kamu suka mendengarkan musik?”

“Tentu saja! Bagaimana mungkin seseorang tidak menyukai mendengarkan musik? Apalagi rutinitasku setiap pagi ketika bangun adalah mendengarkan playlist ku.” Ujarku sambil melukis.

“Kamu suka genre music yang seperti apa? Pop? Jazz? Rock?”

“Aku suka pop dan jazz. Aku tidak terlalu suka rock kecuali ketika stress. Haha”

“Serius kamu mendengarkan musik metal ketika stress? Itu malah membuatmu makin stress! Dasar..”

“Loh? Serius! Tapi aku merasa makin enjoy melukis jika aku mendengarkannya. Kalau kamu? Kamu suka genre music apa?

“Aku? Aku suka folks pop. Aku lebih suka mendengarkan suara gitar dibanding alat musik lainnya. Hehe”

“Oh ya? Jadi apa kamu bisa bermain gitar?”

“Tentu. Kapan kapan aku bawa gitar ya kalau ada waktu senggang..”

“Jangan bilang kamu juga suka mengarang lagu dan menulis lirik lirik romantis?”

“Hahaha.. Kamu memang cenayang ya. Bisa tahu segala hal sebelum aku mengatakannya.”

“Jadi benar? Padahal aku Cuma menebak saja. Jadi, pasti ada seseorang yang menjadi inspirasi disetiap lagu itu kan?”

“Tentu. Aku selalu menulis sesuatu berdasarkan pengalaman pribadiku. Ya.. tapi udah lama nggak nulis lagu lagi sih..”

“Aku benar benar ingin mendengarkan lagumu suatu hari nanti.. Oh ya Dof, lukisanku sudah jadi. Mau liat?”

Mulai hari itu aku dan Dofi menjadi teman. Hampir setiap hari sehabis ashar aku bertemu dengannya ditaman komplek perumahanku. Di bangku yang berada di antara pohon yang rimbun. Tempat favoritku untuk melukis. Dia selalu datang lebih dulu dan membawakan minuman kesukaanku.

Dia memang benar benar pribadi yang menyenangkan..


1 minggu pun berlalu. Aku mulai terbiasa dengannya. Melukis setiap hari. Memperlihatkan hasil lukisanku padanya. Dia juga terkadang membawa gitarnya, membuat lirik bersamaku.


Seperti lirik, aku ada karna kau pun ada...

Aku mulai merasa nyaman dengan Dofi... 

Aku harap Dofi tidak seperti laki laki lain di luar sana yang hanya bisa menyakiti perempuan yang ada di dekatnya..

Sabtu, 21 Desember 2013

Entah Untuk Keberapa Kalinya...

Diposting oleh Unknown di 14.45 0 komentar
Entah untuk keberapa kalinya aku membohongi mereka dan diriku sendiri..
Entah untuk keberapa kalinya aku berusaha menyembunyikan perasaan sakitku, namun untuk keberapa kalinya aku tetap merasakan hal yang sama..
Semuanya sama dimata mereka...
Aku bukan seseorang yang pantas untuk dikenal, aku bukan seseorang yang pantas dijadikan teman.
Mereka hanya melihat paras rupawan seseorang..
Tidak melihat apa yang bisa mereka lakukan dan berikan.

Apa begini cara mereka memperlakukanku?
Apa dengan begini mereka bisa bahagia?
Mendapatkan seseorang dengan wujud bidadari namun bisa saja suatu saat berubah menjadi lucifer.

Apa wajah menjamin segalanya?
Menjamin nasib baik akan selalu mengikutimu?
Menjamin tulisan di Lauh Mahfuzh jodohmu adalah orang orang berwajah jelita dan rupawan?
Menjamin kau akan berada di urutan paling depan dengan amal dan timbangan penuh kebaikan?
Menjamin amalmu lebih dari mereka yang selalu memuja muji Allah?
Menjamin kau tidak merasakan panasnya padang mahsyar?

Sadarlah wahai manusia!
Itu semua hanya untuk dirimu dan dunia fana.
Kau akan keriput dan menggendut pada saat tua.
Pasanganmu yang mengelu elukan kecantikan dan keelokan parasmu nantinya juga akan bosan dengan semua itu.
Itu hanya sesaat.
Waktu juga akan cepat berlalu.
Bisa saja dia meninggalkanmu suatu saat nanti karena merasa kecantikanmu memudar.

Entah untuk keberapa kalinya aku berusaha membuat mereka kagum dengan kecantikan palsuku.
Entah untuk keberapa kalinya aku tidak menjadi diriku sendiri.
Maafkan aku.

Teruntuk mereka yang hanya melihat seseorang dari parasnya.
Semarang, 21 Desember 2013 saat hujan turun pukul 14:44 wib.

Soundcloud Rara Sabria

 

Diary of an Urban Planner ♥ Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review