"Hey, sorry kamu
liat drawing book yang
ada disini nggak?"
Itulah kata - kata yang pertama kali aku ucapkan kepada pria
dengan rambut sebahu dan jenggot tipisnya itu. Itu juga yang menjadi awal dari
semua perbincangan yang kami lakukan.
"Oh maaf. Jadi ini bukumu? Kau yang menggambar semua yang ada
dibuku ini?" ujarnya seraya memberikan drawing
book ku.
"Iya, udah di cari daritadi tapi ga ketemu ketemu. Aku fikir
buku ku hilang. Ini adalah harta paling berhargaku. Thanks ya".
ujarku
"Semua lukisan di buku itu indah. Seperti benar benar nyata
dan mungkin bisa saja kau menjadi pengganti Picasso nantinya." Senyumnya.
"Aku harap aku bisa menjadi pengganti Picasso nantinya, tapi
kata katamu terlalu berlebihan. May
I sheet beside you? " Ucapku seraya memohon ijin padanya.
"Sure. Apa kau mau melukis lagi? By The Way namaku Dofi." ujarnya seraya
memberikan tangannya untuk bersalaman denganku.
"Aku Rima. Nice
to meet you Dofi. Tapi, Aku
tidak pernah melihatmu ditaman ini sebelumnya, apakah kau penghuni rumah baru
yang ada di seberang jalan?"
Begitulah percakapan kami berlanjut. Yang aku tahu namanya Dofi,
21 Tahun. Mahasiswa sastra inggris yang benar
benar menyukai sastra.
Seseorang yang telaten dan piawai dalam merangkai kata kata. Aku benar benar
senang bisa mengobrol dengannya. Berjam jam kami mengobrol tak satupun kata
katanya yang aku lupa. Dia benar benar seperti malaikat yang sedang bernyanyi
didepanku. Dofi tinggal dengan ibunya. Ia yatim sejak umur 9 tahun. Ayahnya
meninggal karena leukemia.
“Rima, apa kamu suka mendengarkan musik?”
“Tentu saja! Bagaimana mungkin seseorang tidak menyukai
mendengarkan musik? Apalagi rutinitasku setiap pagi ketika bangun adalah
mendengarkan playlist ku.” Ujarku
sambil melukis.
“Kamu suka genre music yang seperti apa? Pop? Jazz? Rock?”
“Aku suka pop dan jazz. Aku tidak terlalu suka rock kecuali ketika
stress. Haha”
“Serius kamu mendengarkan musik metal ketika stress? Itu malah
membuatmu makin stress! Dasar..”
“Loh? Serius! Tapi aku merasa makin enjoy melukis jika aku
mendengarkannya. Kalau kamu? Kamu suka genre music apa?
“Aku? Aku suka folks pop. Aku lebih suka mendengarkan suara gitar
dibanding alat musik lainnya. Hehe”
“Oh ya? Jadi apa kamu bisa bermain gitar?”
“Tentu. Kapan kapan aku bawa gitar ya kalau ada waktu senggang..”
“Jangan bilang kamu juga suka mengarang lagu dan menulis lirik
lirik romantis?”
“Hahaha.. Kamu memang cenayang ya. Bisa tahu segala hal sebelum
aku mengatakannya.”
“Jadi benar? Padahal aku Cuma menebak saja. Jadi, pasti ada
seseorang yang menjadi inspirasi disetiap lagu itu kan?”
“Tentu. Aku selalu menulis sesuatu berdasarkan pengalaman
pribadiku. Ya.. tapi udah lama nggak
nulis lagu lagi sih..”
“Aku benar benar ingin mendengarkan lagumu suatu hari nanti.. Oh
ya Dof, lukisanku sudah jadi. Mau liat?”
Mulai hari itu aku dan Dofi menjadi teman. Hampir setiap hari
sehabis ashar aku bertemu dengannya ditaman komplek perumahanku. Di bangku yang
berada di antara pohon yang rimbun. Tempat favoritku untuk melukis. Dia selalu
datang lebih dulu dan membawakan minuman kesukaanku.
Dia memang benar benar pribadi yang menyenangkan..
1 minggu pun berlalu. Aku mulai terbiasa dengannya. Melukis setiap
hari. Memperlihatkan hasil lukisanku padanya. Dia juga terkadang membawa
gitarnya, membuat lirik bersamaku.
Seperti lirik, aku ada karna kau pun ada...
Aku mulai merasa nyaman dengan Dofi...
Aku harap Dofi tidak seperti laki laki lain di luar sana yang hanya bisa menyakiti perempuan yang ada di dekatnya..
0 komentar:
Posting Komentar