Tugas Mata
Kuliah
Analisis
Lokasi dan Pola Ruang (TKP 149P)
Review
Literatur: Teori Lokasi Industri Weber
Dosen
Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, MT
Teori Lokasi Industri Weber
( Pertemuan 4)
( Pertemuan 4)
Disusun oleh
Sabrianora Putri
Rosadi
21040111060004
21040111060004
PROGRAM
STUDI DIPLOMA III
PERENCANAAN
WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS
TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
TEORI LOKASI INDUSTRI WEBER
A. PENDAHULUAN
Alfred Weber, ekonom Jerman yang
mengajar di Universitas Praha pada tahun 1904 hingga 1907 dan kemudian di
Universitas Heidelberg (Jerman) pada 1907 – 1933, menulis buku berjudul Uber
den Standort der Industrien (1909) yang kemudian dialihbahasakan oleh
J.C. Friedrich menjadi Alfred Weber’s Theory of Location of Industries (1929).
Beliau merupakan pelopor pengembangan rumusan mengenai teori lokasi dengan
pendekatan kegiatan industri pengolahan (manufacturing).
Weber mencetuskan teori yang
berkaitan dengan least cost location, yang menyebutkan bahwa
lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat yang memiliki biaya yang paling
minimal, yaitu tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja minimum,
yang cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum.
B. ANALISIS TEORI WEBER
Prinsip teori Weber adalah bahwa penentuan
lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau biayanya
paling murah atau minimal (least cost location). Prinsip tersebut didasarkan
pada enam asumsi bersifat prakondisi, yaitu:
1. Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim
dan penduduknya (keadaan penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas
SDM)
2. Ketersediaan sumber daya bahan mentah.
3. Upah tenaga kerja.
4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi
pabrik (biaya sangat ditentukan oleh bobot bahan mentah dan lokasi bahan
mentah)
5. Persaingan antarkegiatan industri.
6. Manusia berpikir secara rasional.
Weber
juga menyusun sebuah model yang dikenal dengan istilah segitiga lokasional (locational
triangle), yang didasarkan pada asumsi:
1. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian
adalah daerah yang terisolasi. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu.
Semua unit perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan
sempurna.
2. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak
terbatas.
3. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan
mineral adalah sporadik tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat.
4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada
yang menetap tetapi ada juga yang mobilitasnya tinggi.
Beliau berpendapat bahwa dalam
menentukan lokasi industri, terdapat tiga faktor penentu, yaitu biaya transportasi,
upah tenaga kerja, dan dampak aglomerasi dan deaglomerasi. Biaya
transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan
berat barang, sehingga titik terendah biaya transportasi menunjukkan biaya
minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya
transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional, yaitu berat total semua barang
berupa input yang harus diangkut ketempat produksi untuk menghasilkan
satu satuan output ditambah berat output yang akan dibawa
ke pasar. Berat total itu terdiri dari satu satuan produk akhir ditambah semua
berat input yang harus diangkut ke lokasi pabrik seperti bahan mentah
yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan output. Dalam model
ini, tujuannya adalah meminimumkan biaya transportasi sebagai fungsi dari jarak
dan berat barang yang harus diangkut (input dan output).
Beliau mengembangkan konsep tiga arah
yang dikenal dengan teori segitiga lokasi (locational triangle) seperti gambar
berikut, yang kemudian dirumuskan secara matematis dengan sebuah persamaan.
T(k) = q [ ( k1 a1 n1 ) + (k2 a2 n2 ) + m k3 ]
Dimana :
T(k) = biaya angkut minimum
M = sumber bahan baku
C = pasar
K = lokasi
optimal industri
q = output (hasil produksi)
k = jarak dari sumber bahan
baku dan pasar
a = koefisien input
n = biaya angkut bahan baku
m = biaya angkut hasil produksi
Weber menyimpulkan bahwa lokasi optimal
dari suatu perusahaan industri umumnya terletak di dekat pasar atau sumber
bahan baku. Alasannya adalah jika suatu perusahaan industri memilih lokasi pada
salah satu dari kedua tempat tersebut, maka ongkos angkut untuk bahan baku dan
hasil produksi akan dapat diminimumkan dan keuntungan aglomerasi yang
ditimbulkan dari adanya konsentrasi perusahaan pada suatu lokasi akan dapat
pula dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Berdasarkan pertimbangan segitiga lokasi di atas,
dihasilkan tempat dengan biaya transportasi minimal (minimum transportation
cost) dengan titik-titik peng-hubung satu sama lain. Gambar (a) terjadi saat
berat bahan baku sama dengan berat barang jadi, sehingga biaya transportasi
minimal saat lokasi optimal berada di tengah, di mana nilai IM sama dengan 1.
Gambar (b) terjadi saat berat bahan baku lebih besar dari berat barang jadi,
sehingga lokasi optimal berada mendekati sumber bahan baku karena biaya
transportasi bahan baku lebih mahal, di mana nilai IM lebih besar dari 1.
Gambar (c) terjadi saat berat bahan baku lebih kecil dari berat barang jadi,
sehingga lokasi optimal berada mendekati pasar karena biaya transportasi bahan
baku lebih murah, di mana nilai IM kurang dari 1.
C. KESIMPULAN
Weber mengemukakan teori lokasi industri dengan
prinsip “penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko
biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least cost location)”. Pada
konsepnya berupa segitiga lokasional, Weber menunjukkan bahwa fungsi tujuan
adalah meminimalkan biaya transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat
barang yang harus diangkut (input dan output). Jika muncul kondisi di mana
pada proses produksi menimbulkan penyusutan berat barang (weight loosing
process), lokasi optimal akan berada pada sumber bahan baku, sedangkan jika
muncul kondisi di mana pada proses produksi menimbulkan peningkatan berat barang (weight
gainning process), lokasi optimal akan berada di dekat pasar. Sehingga menurut
Weber, penentuan lokasi industri optimal adalah dengan melihat letak sumber
bahan baku dan pasar dalam upaya menekan biaya transportasi dengan
mempertimbangkan berat bahan baku dan berat barang jadi, dengan tiga variable
penentu, yaitu titik material (bahan baku), titik konsumsi (pasar), dan titik
tenaga kerja.
D. DAFTAR PUSTAKA
Darsiharjo. Lokasi Industri dan
Persebarannya
Sarisha, Ayya. 2010. http://ayyasarisha.blogspot.com/2010/09/teori-lokasi-industri-weber-rl-analok-5.html.
Diunduh Kamis, 20 September 2012.
Rahma,
Eka Ainur. 2010. Teori - Teori Lokasi.http://belajargeografiyuk.blogspot.com/2010/01/teori-teori-lokasi-teori-lokasi-adalah.html
0 komentar:
Posting Komentar