Tugas Mata Kuliah
Pengolahan Data Citra
Review Materi Sistem Penginderaan Jauh dan Citra (Image)
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, MT
Pengolahan Data Citra
Review Materi Sistem Penginderaan Jauh dan Citra (Image)
Dosen Pengampu : Dra. Bitta Pigawati, MT
Sistem Penginderaan Jauh dan Citra (Image)
( Pertemuan 2)
( Pertemuan 2)

Disusun
oleh
Sabrianora
Putri Rosadi
21040111060004
21040111060004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2012
Sistem
Penginderaan Jauh dan Citra (Image)
A.
SISTEM
PENGINDERAAN JAUH
1.
Tenaga Untuk Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh
dengan menggunakan tenaga matahari dinamakan penginderaan jauh sistem pasif. Penginderaan
jauh sistem pasif menggunakan pancaran cahaya, hanya dapat beroperasi pada
siang hari saat cuaca cerah. Penginderaan jauh sistem pasif yang menggunakan tenaga
pancaran tenaga thermal, dapat beroperasi pada siang maupun malam hari. Citra
mudah pengenalannya pada saat perbedaan suhu antara tiap objek cukup besar. Kelemahan
penginderaan jauh sistem ini adalah resolusi spasialnya semakin kasar karena panjang
gelombangnya semakin besar.
2.
Atmosfer
Tenaga
elektromagnetik pada penginderaan jauh sistem pasif dan sistem aktif untuk
sampai di alat sensor dipengaruhi oleh atmosfer. Atmosfer mempengaruhi tenaga
elektromagnetik yaitu bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karena itu
timbul istilah “Jendela atmosfer”, yaitu
bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Adapun jendela
atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan jauh ialah spektrum tampak
yang memiliki panjang gelombang 0,4 mikrometer hingga 0,7 mikrometer.
3.
Sensor
Tiap sensor memiliki
kepekaan tersendiri terhadap bagian spectrum elektromagnetik. Semakin kecil
objek yang dapat direkam oleh sensor, maka semakin baik kualitas sensor itu dan
semakin baik kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil/resolusi spasial
dari citra.
|
SPEKTRUM
DAN SISTEM SENSOR
|
PANJANG
GELOMBANG (µm)
|
KEMAMPUAN
MENGATASI KENDALA CUACA
|
SAATPENGINDERAAN
|
|
Ultra Violet
= Optical mechanical scanner = Image orthicon = Kamera dengan film infra merah
TAMPAK
= Kamera konvensional = Multispektral Scanner = Vidicon INFRAMERAH PANTULAN = Kamera konvensional dengan film inframerah = Solid state detector dalam scanner = Radiometer
INFRAMERAH THERMAL
= Solis state detector dalam Scanner dan radiometer = Quantum detector
GELOMBANG MIKRO
= Scanner dan Radiometer Kabut/ awan = Antena dan siecuit
RADAR
= Scanner dan Radiometer = Antena dan Sircuit |
0,01
- 0,4
0,4
- 0,7
0,7 - 1,5 3,5 - 30,0
103 – 106
8,3 x 1031,3 x 106 |
Kabut
Tipis
Campuran
asap dan kabut
Kabut tipis, asap
Kabut
tipis, asap
Kabut
tipis, asap, awan hujan
|
Siang
Siang, kecuali bila digunakan penyinaran aktif
siang
siang
- malam
siang
- malam
siang - malam |
4.
Perolehan Data
Perolehan data dapat
dilakukan dengan cara manual yaitu dengan interpretasi secara visual, dan dapat
pula dengan cara numeric atau cara digital yaitu dengan menggunakan computer.
Foto udara pada umumnya diinterpretasi secara manual, sedangkan data hasil
penginderaan jauh secara elektronik dapat diinterpretasi secara manual maupun
secara numerik.
5.
Pengguna Data
Penggunaan data
(orang, badan, atau pemerintah) merupakan komponen paling penting dalam
penginderaan jauh karena para penggunalah yang dapat menentukan diterima atau
tidaknya hasil penginderaan jauh tersebut. Data yang dihasilkan mencakup
wilayah, sumber daya alam suatu negara yang merupakan data sangat penting untuk
kepentingan orang banyak, maka data ini penting dijaga penggunaannya.
B.
JENIS
CITRA
Citra dapat
dibedakan atas citra foto (photographyc image) atau foto udara dan citra non
foto (non-photograpyc image).
1. Citra Foto
Citra foto adalah
gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto dapat
dibedakan atas beberapa dasar yaitu:
a. Spektrum
Elektromagnetik yang digunakan Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang
digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
1) Foto ultra violet yaitu foto yang
dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang
0,29 mikrometer. Cirinya tidak banyak informasi yang dapat disadap, tetapi untuk
beberapa obyek dari foto ini mudah pengenalannya karena kontrasnya yang besar.
Foto ini sangat baik untuk mendeteksi; tumpahan minyak di laut, membedakan atap
logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, batuan kapur.
2)
Foto
ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari
saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 – 0,56 mikrometer). Cirinya banyak
obyek yang tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya
peka terhadap obyek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20
meter. Baik untuk survey vegetasi karena daun hijau tergambar dengan kontras.
3)
Foto
pankromatik yaitu foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak mata mulai dari
warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia.
Cirinya pada warna obyek sama dengan kesamaan mata manusia. Baik untuk
mendeteksi pencemaran air, kerusakan banjir, penyebaran air tanah dan air
permukaan.
4)
Foto
infra merah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum infra merah dekat hingga panjang gelombang 0,9 – 1,2
mikrometer yang dibuat secara khusus. Cirinya dapat mencapai bagian dalam daun,
sehingga rona pada foto infra merah tidak ditentukan warna daun tetapi oleh
sifat jaringannya. Baik untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman termasuk
tanaman yang sehat atau yang sakit.
5)
Foto
infra merah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan
sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau. Dalam
foto ini obyek tidak segelap dengan film infra merah sebenarnya, sehingga dapat
dibedakan dengan air.
b. Sumbu
Kamera dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu:
1)
Foto
vertikal atau foto tegak (orto photograph) yaitu foto yang dibuat dengan sumbu
kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
2)
Foto
condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan
sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini
umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar.Tapi bila sudut condongnya masih
berkisar antara 1 – 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai
foto vertikal
c.
Sudut
Liputan kamera Paine (1981) membedakan citra foto berdasarkan sudut liputan
(angular coverage) atas 4 jenis.
|
Jenis
kamera
|
Panjang
Sudut
|
Jenis
foto
|
fokus
liputan
|
|
Sudut
kecil (narrow angle)
Sudut normal (normal angle) Sudut lebar (wide angle) Sudut sangat lebar (super-wide angle) |
304,8
209,5 152,4 88,8 |
<
60o
60 - 70o 75 - 100o > 100o |
Sudut
kecil
Sudut normal/standar Sudut lebar Sudut sangat lebar |
Tabel 3.2. Jenis foto berdasarkan sudut
liputan kamera
d.
Berdasarkan
jenis kamera yang digunakan foto dapat dibedakan atas:
1)
Foto
tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan foto
hanya tergambar oleh satu lembar foto.
2)
Foto
jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan
daerah liputan yang sama.
e.
Warna
yang digunakan:
1)
Foto berwarna semu (false color)
atau foto infra merah berwarna. Pada foto berwarna semu, warna obyek tidak sama
dengan warna foto. Misalnya vegetasi yang berwarna hijau dan banyak memantulkan
spektrum infra merah, tampak merah pada foto.
2)
Foto warna asli (true color),
yaitu foto pankromatik berwarna.
f.
Sistem
wahana berdasarkan wahana yang digunakan dibedakan:
1)
Foto udara yaitu foto yang dibuat
dari pesawat/balon udara.
2)
Foto satelit atau foto orbital,
yaitu foto yang dibuat dari satelit.
2. Citra Non
Foto
Citra
non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera. dibedakan
atas:
a.
Spektrum elektromagnetik yang
digunakan
Berdasarkan
spektrum, Citra Nonfoto dibedakan atas:
1)
Citra infra merah thermal, yaitu
citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Penginderaan pada
spektrum ini berdasarkan atas beda suhu obyek dan daya pancarnya pada citra
tercermin dengan beda rona atau beda warnanya.
2) Citra
radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan sektrum
Gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif
yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan
sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
b. Sensor
yang digunakan Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:
1) Citra
tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.
2) Citra
multispektral, yakni cerita yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya
sempit.
c.
Wahana yang digunakan Berdasarkan
wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas:
1)
Citra dirgantara (Airbone image),
yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara (dirgantara).
Contoh: Citra Infra Merah Thermal, Citra Radar dan Citra MSS.
2)
Citra Satelit
(Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau
angkasa luar.
DAFTAR PUSTAKA
http://110.138.206.53/bahan-ajar/modul_online/geografi/MO_133/geo1002_50.htm.
Diunduh, Senin, 11/09/2012 Pukul 16.00 WIB.
http://andimanwno.files.wordpress.com/2010/08/penginderaan-jauh.pdf.
Diunduh, Senin, 11/09/2012 Pukul 16.05 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar